“Begini rasanya besok kelak ya,
kalau kita bekerja,” dalam hatiku bilang begitu pada diriku sendiri. Antara
malu, sedikit males dan takut ketika kita kunjungan ke rumah warga untuk
bertemu dengan simbah-simbah atau ibu-ibu atau bahkan bisa jadi bapak untuk bertanya
tentang kesehatan di rumah mulai dari perilaku sampai pendapatan dan
pendidikan. Lumayan memang aku bisa bahasa jawa seditkit-sedikit dan itu cukup
mudah. Tapi kelak bagaimana kalau Allah izinkan dan atau taqdirkan untuk di
sebuah tempat dengan bahasa yang tak kumengerti. Jadi guru bahasa indonesia
sajalah kalau begitu, pernah terfikir begitu. Yah, itu semua ternyata
cukup berpengaruh untuk hidup sehat
mulai dari tingkat cerdasnya seorang ibu, pendidikan, pengetahuan dan yang
paling utama bermula dari kesadaran bahwa ini nih sehat itu penting dalam
keseharian kita.
Hari pertama, kita semua
mahasiswa FKM UAD di desa adalah agenda survei kesehatan masyarakat. Dari rumah
ke rumah. Pelajaran pertama adalah keberanian, kedua kejujuran. Bagiku ini
adalah pendidikan keberanian kita untuk maju mengetuk pintu warga dan bertanya
banyak hal serta mendengarkan banyak pembicaraan masalah kesehatan. Kedua
adalah kejujuran, ini adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan bagi mereka yang
yakin bahwa Allah melihat pekerjaan kita. Tak perlu sekedar pengawasan manusia,
tapi ini pengawasan Allah. Data adalah sesuatu yang penting untuk mengambil
kesimpulan, bayangkan jika semua anak riset melakukan pengambilan data tidak
sesuai dengan fakta, maka informasi yang didapat akan salah.
Sebenarnya inti utama adalah
begini. Tentang apa yang aku bisa ambil dari setiap karakteristik responden
yang kemaren tak datangi. Terutama dalam hal kewanitaan. Responden pertama,
seorang ibu berkelahiran 1993, sudah 3 kali hamil dan berumah tangga. Ya,
pilihan untuk menikah di usia relatif muda dengan kesiapan yang baik adalah
lebih baik dari pada kita-kita yang selalu bicara tentang nikah tapi belum siap
hehe. Satu kata buat responden pertama itu,”Salut.”
Responden berikutnya adalah
seorang wanita dengan rentan umur dengan suami hampir 16 tahun. Wanita ini
tidak bekerja diluar, namun memilih untuk bersama putra-putrinya dirumah.
Wanita ini yang menyiapkan seluruh kebutuhan keluarganya. Tapi yang salut saat
itu adalah tentang kepeduliannya kepada kesehatan anak-anak di sekitar, sampai
sampai kuku anak-anak tetangga secara rutin di potong oleh wanita tersebut.
Saat itu, beliau eh malah curhat. Responden yang harus diwawancarai dalam
sekian waktu terpaksa harus molor sampai malam. Curhatan beliau adalah apa yang
dipikirkannya untuk pembangunan kesehatan masyarakat sekitarnya. Curhatan
beliau tentang pengalamannya menolong ibu-ibu melahirkan juga diceritain. Rasa
keselnya tentang saudaranya itu tidak dilayani persalinan segera karena kondisi
keuangan dan belum memiliki kartu jaminan beliau kritik. Dalam hatiku prigel
temenanan ini ibu. Apa-apa bisa dilakukan dengan mandiri, berusaha tidak
merepotkan siapapun. Cucok lah.
Nah ini responden terakhir.
Awalnya ini sudah sangat tidak memungkinkan buat ambil data, tapi kalau ditunda
malah semakin repot. Oke baiklah lanjut. Akhirnya ketemu seorang wanita yang
tinggal dengan kedua anaknya saat itu, karena posisi suami sedang bekerja di
pelayaran. Wanita itu seorang guru matematika dan kagetnya, saat tanya umur
wanita itu berselisih 7 tahun lebih tua dengan suaminya. Ah, kedua anaknya
manggil aku tante hohoho. Terus Arkan dan Fadil nama kedua anak tersebut
menunjukkan kepadaku banyak lukisan ayahnya. Ayahnya kala itu umur 21 tahun
melamar si wanita itu, padahal posisi belum berpenghasilan. Oh, keren sekali
kan, laki-laki itu dalam hatiku ohyeeee. Wanita itu juga menceritakan tentang
kerennya suaminya. Semua desain rumah juga suami yang pegang. Romantis pula dan
diceritakan pula dulu dan sampai sekarang pun banyak yang masih suka. Terakhir
pamitan,”Jangan ngefen yak.” Gubrak ...
“Saya waktu itu ndak berpikir apapun tentang rezeki dengan suami kelak,
yang terpenting dia tanggung jawab pada saya.”
Itulah wanita-wanita yang
membekas sampai malam ini,
Magelang, 05 Desember 2014 di
Depan TV yang semoga selalu terjaga ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar