Sabtu, 30 Agustus 2014

Berbagi Definisi

Tema ini mungkin selalu menjadi topik hangat di setiap pembicaraan. Baik antar lelaki, antar wanita, atau secara terbuka di grup-grup media sosial yang berisi dua insan ciptaan Allah tersebut. Apalagi jika isi orang-orang didalamnya adalah sepantaran angkatan kuliah, angkatan umur, yang secara berurutan mendapati taqdir untuk menggenapkan setengah dien.

Kali ini, aku teringat oleh pernyataan nasihat dari ustadz,
"Bahwa urusan menikah adalah urusan keyakinan. Maka, apabila kamu belum siap dengan segala persiapan yang harus, diamlah. Itu lebih baik kamu lakukan dan segeralah persiapkan diri."

Setiap orang tentu memiliki visi jangka panjang dalam hidupnya. Kira-kira dalam umur 40 tahun kelak, ada kondisi-kondisi baik secara lahir dan hati yang ingin didapatkan. Tentu ini rencana manusia, rencana Allah yang terbaik. Termasuk hal-hal yang dicitakan, untuk dunia terlebih akhirat. Bagaimana kiprahnya, kondisi keluarganya, kondisi masyarakat, dan mungkin bisa jadi bagi mereka yang begitu mencintai Indonesia karena Allah, akan banyak hal-hal besar yang ingin dilakukan.

Ya, urusan menikah adalah urusan keyakinan. Kamu yakin terhadap Allah atas semua ketetapan-Nya, yakin urusan niat adalah karena-Nya, urusan keyakinan bahwa menikah adalah urusan untuk makin menguatkan tegaknya kebaikan dimanapun berada kaki berpijak, urusan menikah bukan hanya menyatukan dua insan, tapi dua misi dua khalifah untuk memakmurkan dua insan.

Bagi seorang wanita, melayakkan diri seperti Fatimah untuk Ali bin Abi Thalib adalah mempersiapkan
Bagi wanita dimanapun, melayakkan diri seperti Khadijah yang ia hibahkan dirinya untuk mengabdi kepada Allah dengan menjadi istri Rasulullah adalah mempersiapkan

Tetap bersabarlah. Jaga hatimu, jaga pandanganmu ...
Lagi, kala itu bincang-bincang dengan beliau,
"Ketika dihadapkan dua orang wanita yang sama-sama beriman, namun berbeda dalam hal pendidikan, pilihlah yang berilmu lebih tinggi. Itu lebih baik untukmu, anak-anakmu, dan keluargamu."

Wanita, siapkan dari sekarang. Berkontribusi, mewarnai, dan berpengaruhlah dimanapun kamu. Dengan kemampuanmu, dengan doamu. Jika kamu berani diri seperti Khadijah dengan segala apapun yang dimilikinya, melamar Muhammad untuk beribadah kepada Allah adalah salah satu bentuk ikhtiar terbaik bukan? -_-

Opo Sih

"Mbak, enak ya udah bekerja. Udah punya gaji sendiri"
"Iya, alhamdulillah. Syukuri apapun kondisi yang ada pada kamu. Belajar sebaik mungkin, hingga sukses akan menghampirimu."

Gitulah intinya kalau ada siapapun yang sedikit memuji gimana kondisiku saat ini. Semenjak SMA, bahkan kala itu aku belum wisuda, aku memutuskan udah kerja. Ya, minimal buat uang saku, uang jajan, uang bensin, walaupun terkadang masih harus minta lagi. Biaya operasional tiap hari jauh lebih besar dari pada gaji. He he

Semenjak itu, jadwal aku dimana sudah rutin. Pagi, sebelum tahun masuk kuliah (2010) dihabiskan di tempat-tempat teman. Bahkan alhamdulillah dapat tempat belajar yang sangat nyaman, ya lembaga training dan kepenulisan. Sampai sekarang.

Tahun 2011, memutuskan untuk kuliah. Dengan membawa tujuan yang saat itu pula memberanikan matur sama bapak dan ibu, "Aku kuliah" dengan harapan kehidupan lebih baik.

Tiap sore, akan ada satu alasan ketika gak ikut kuliah, atau diajak makan. Bahkan agenda ngaji sekalipun, kerja. Jadi harap maklum, karena semakin lama ternyata pekerjaan ku sekarang amat membantu gimana biaya "bebasku" untuk melakukan banyak hal.

Sekarang sudah tahun semester terakhir. Target wisuda pun ku tetapkan tahun depan, sebelum adikku menyusul untuk kuliah juga. Proposal skripsi pun sudah di acc, tinggal kerjakan. Akan tetapi keresahan yang kurasakan adl bagaimana tuntutan orang tua harus bekerja dengan kuliah selama ini.

Memang, masih ada kesempatan untuk memahamkan. So, waktunya sekarang fokus, fokus, sungguh-sungguh, bekerja sungguh-sungguh, belajar, berkarya, sehingga tetap akan bebas dengan setiap pilihan di depan mata. Termasuk pilihan pekerjaan, waktu nikah, calon suami, dan lain-lain. Tetap berkontribusi :)

Terinsipirasi dari film 3 IDIOTS,
"Kerjakan pekerjaan yang kamu mampu, dan buatmu bahagia"

(Lega kalau udah nulis)