Intinya konsisten. Saatnya belajar ya belajar, saatnya
ibadah ya ibadah. Bukankah Sholat adalah salah satu cara Allah begitu sayang
dengan kita? Dia menginginkan agar hidup kita lebih rapi. Tertata, agar tak
berantakan dengan begitu banyaknya urusan, tapi tak terselesaikan dengan baik. Maka
perhatikan tiap sholat kita. Sudah sesuai tuntunan? Sudah tepat waktu? Bukankah
itu amal pertama yang dihisap kelak?
NAH !
Ingin sekali berkisah, semoga yang baca blog ini tergugah.
Sungguh menjadi penulis adalah sebuah pekerjaan yang mulia, bagi mereka yang
punya niat mulia. Menjadi mulia memang perlu diperjuangkan, dengan menjadi
penulis, begitu salah satunya. Penulis dengan segenap ikhtiar terbaik,
menyajikan deretan kosa kata, minimal untuk hatinya. Berharap pula untuk hati
orang disekitarnya. Makanan hati adalah ilmu. Tentu ilmu yang membuat makin
dekat dengan Allah.
Mengingat beberapa tahun yang lalu, sebuah sekolah menengah
kejuruan bisa dibilang begitu. Satu niat kuat masuk ke sekolah itu adalah lulus
dan bisa bekerja di sebuah perusahaan : minimal Apotek. Bekerja dan bisa
membahagiakan kedua orang tua. Jadi inget waktu itu, harus nge-Kost dan jauh
dari bapak ibu. Begitu sedih, harus jauh dengan ponakan, kakak, adik, dan yang
paling utama adalah bapak ibu. Alhamdulillah, sudah terlewati . Termasuk
kejadian dehidrasi karena nggak bisa minum air kota yang pakai kaporit.
Kalau inget emang bisa ketawa, nggak tau bener sebenarnya
itu sekolah adalah sekolah ngapain. Yang jelas, kata tetangga dan guru SMP,
kalau sekolah di situ bisa cepet dapat kerja. Bayangan awal memang agak geli,
asisten apoteker. Dalam hati, apa bakal jadi pembantu. Ternyata, bukan …
Saat itu, makin lama memang makin paham. Oh, ternyata
tentang obat. Lingkungan sekolah saat itu pun sangat kondusif. Banyak senior
yang membimbing, dan mereka begitu menikmati segala macam mata pelajaran.
Farmakologi, farmakognosi, sinonim, semua mereka sukai. Melihat mereka begitu
mencintai, ternyata berpengaruh pada perspesi, semangat, sikap dan belajar.
Berangkat nge-Nol (jam 06.30) pulang maghrib. Itu rutinitas
sekolah, terutama kelas 2. Waw, sekolah bagai rumah ke-2. Apalagi teman-teman
sudah seperti keluarga sendiri. Begitu menyenangkan dan bahagia …
Sebenarnya terlepas dari kenangan yang ada di SMA, ohya
sudah ada yang tau sekolahku? Yap, Sekolah Menengah Farmasi Yogyakarta,
sekarang menjadi SMK Indonesia Jurusan Farmasi. Satu-satunya alasan yang selalu
ditanyakan kepadaku, kenapa nggak melanjutkan saja di Fakultas Farmasi? Mungkin
tulisan ini bisa menjawab.
Kenangan itu akan selalu menjadi hikmah. Lingkungan
kondusif, senior yang selalu membimbing, lampu malam yang sering terjaga dengan
hafalan nama tanaman obat, simplisia, efek farmakologi obat, praktikum,
kenangan yang semoga tetap menjadi hikmah, kisah yang insyaallah akan ku
ceritakan kepada anak-anakku, suami juga.
Kenangan paling indah, salah satunya : Seorang guru. Beliau
adalah Bapak Mustamir Ibnu Hajar. Lebih suka menyebutnya guru, bener mungkin di
gugu lan ditiru. Beliau mengajar mata pelajaran “Ilmu Kesehatan Masyarakat.”
Biasa kami singkat juga dg IKM agar mudah menulisnya.
Seingatku, beliau hanya pernah marah sekali saja. Di kelas C
( DCMC), karena memang begitu keterlaluannya kita yang nggak belajar lagi
setelah di ajar. Aku pun ikut di”usir” diluar kelas karena nggak bisa jawab
pertanyaan. Menyedihkan waktu itu. Buku handout IKM pun beliau tulis dengan
tulisan sendiri, dengan huruf capital spidol hitam diatas kertas HVS. Beliau
mengajar dengan begitu memesona. Tak pernah bawa buku, tapi apa yang beliau
sampaikan sangat lengkap. Kangen beliau …
Semenjak itu, aku pun jatuh cinta dengan Kesmas. Beliau
menjabarkan ilmu itu tak sekedar jabaran, tapi mampu menginspirasi.
Sampai-sampai, waktu itu aku tak begitu ingat dengan awal mula kejadian, tapi
aku mengangkat tangan sambil menangis, berkata “Insyaallah setelah lulus dari
SMF, kuliah S1 Farmasi dan S2 IKM.” Hahaha, entah hatiku tertawa, tentu tertawa
lega sudah meluapkan apa yang ada dalam hati. Di doakan beliau, teman-teman dan
insyaallah malaikat yang ada disitu.
Itulah awal mula aku mencintai kesmas…
Dari seorang Guru- Pak Mustamir Ibnu Hajar …
Beliau pun pernah berkisah didalam kelas tentang seorang
Ibnu Hajar Asqalani. “Tes tes tes,” air menetes dapat menjadikan batu terkikis.
Konsisten dan istiqomah jika ingin memahami ilmu, bersabar dalam mengabdi …
Tetapi beliau kini tiada, dan yang disayangkan belum pernah
silaturakhim di rumah beliau, Insyaallah di Surga kelak, Aamiin
“Sehat itu kondisi yang baik bukan hanya fisik saja, tetapi sosial
dan psikis. Ia pun akan produktif”
“Kesmas adalah ilmu dan seni, sarana untuk mengajak
masyarakat untuk hidup sehat”
-----begitu kosakata yang selalu teringat dari (alm) Pak
Mus-------
“Agama ini akan
tegak, salah satunya ditegakkan oleh mereka yang imannya, dan badannya kuat”
--------------------( Annafi`ah Firdaus--Nama ini begitu berat, tapi Firdaus layak diperjuangkan)