Rabu, 07 Mei 2014

Awal Mula Mencinta Kesmas ( Part 1)





Intinya konsisten. Saatnya belajar ya belajar, saatnya ibadah ya ibadah. Bukankah Sholat adalah salah satu cara Allah begitu sayang dengan kita? Dia menginginkan agar hidup kita lebih rapi. Tertata, agar tak berantakan dengan begitu banyaknya urusan, tapi tak terselesaikan dengan baik. Maka perhatikan tiap sholat kita. Sudah sesuai tuntunan? Sudah tepat waktu? Bukankah itu amal pertama yang dihisap kelak? 

NAH ! 
 
Ingin sekali berkisah, semoga yang baca blog ini tergugah. Sungguh menjadi penulis adalah sebuah pekerjaan yang mulia, bagi mereka yang punya niat mulia. Menjadi mulia memang perlu diperjuangkan, dengan menjadi penulis, begitu salah satunya. Penulis dengan segenap ikhtiar terbaik, menyajikan deretan kosa kata, minimal untuk hatinya. Berharap pula untuk hati orang disekitarnya. Makanan hati adalah ilmu. Tentu ilmu yang membuat makin dekat dengan Allah.

Mengingat beberapa tahun yang lalu, sebuah sekolah menengah kejuruan bisa dibilang begitu. Satu niat kuat masuk ke sekolah itu adalah lulus dan bisa bekerja di sebuah perusahaan : minimal Apotek. Bekerja dan bisa membahagiakan kedua orang tua. Jadi inget waktu itu, harus nge-Kost dan jauh dari bapak ibu. Begitu sedih, harus jauh dengan ponakan, kakak, adik, dan yang paling utama adalah bapak ibu. Alhamdulillah, sudah terlewati . Termasuk kejadian dehidrasi karena nggak bisa minum air kota yang pakai kaporit. 

Kalau inget emang bisa ketawa, nggak tau bener sebenarnya itu sekolah adalah sekolah ngapain. Yang jelas, kata tetangga dan guru SMP, kalau sekolah di situ bisa cepet dapat kerja. Bayangan awal memang agak geli, asisten apoteker. Dalam hati, apa bakal jadi pembantu. Ternyata, bukan …

Saat itu, makin lama memang makin paham. Oh, ternyata tentang obat. Lingkungan sekolah saat itu pun sangat kondusif. Banyak senior yang membimbing, dan mereka begitu menikmati segala macam mata pelajaran. Farmakologi, farmakognosi, sinonim, semua mereka sukai. Melihat mereka begitu mencintai, ternyata berpengaruh pada perspesi, semangat, sikap dan belajar. 

Berangkat nge-Nol (jam 06.30) pulang maghrib. Itu rutinitas sekolah, terutama kelas 2. Waw, sekolah bagai rumah ke-2. Apalagi teman-teman sudah seperti keluarga sendiri. Begitu menyenangkan dan bahagia …

Sebenarnya terlepas dari kenangan yang ada di SMA, ohya sudah ada yang tau sekolahku? Yap, Sekolah Menengah Farmasi Yogyakarta, sekarang menjadi SMK Indonesia Jurusan Farmasi. Satu-satunya alasan yang selalu ditanyakan kepadaku, kenapa nggak melanjutkan saja di Fakultas Farmasi? Mungkin tulisan ini bisa menjawab. 

Kenangan itu akan selalu menjadi hikmah. Lingkungan kondusif, senior yang selalu membimbing, lampu malam yang sering terjaga dengan hafalan nama tanaman obat, simplisia, efek farmakologi obat, praktikum, kenangan yang semoga tetap menjadi hikmah, kisah yang insyaallah akan ku ceritakan kepada anak-anakku, suami juga. 

Kenangan paling indah, salah satunya : Seorang guru. Beliau adalah Bapak Mustamir Ibnu Hajar. Lebih suka menyebutnya guru, bener mungkin di gugu lan ditiru. Beliau mengajar mata pelajaran “Ilmu Kesehatan Masyarakat.” Biasa kami singkat juga dg IKM agar mudah menulisnya. 

Seingatku, beliau hanya pernah marah sekali saja. Di kelas C ( DCMC), karena memang begitu keterlaluannya kita yang nggak belajar lagi setelah di ajar. Aku pun ikut di”usir” diluar kelas karena nggak bisa jawab pertanyaan. Menyedihkan waktu itu. Buku handout IKM pun beliau tulis dengan tulisan sendiri, dengan huruf capital spidol hitam diatas kertas HVS. Beliau mengajar dengan begitu memesona. Tak pernah bawa buku, tapi apa yang beliau sampaikan sangat lengkap. Kangen beliau …

Semenjak itu, aku pun jatuh cinta dengan Kesmas. Beliau menjabarkan ilmu itu tak sekedar jabaran, tapi mampu menginspirasi. Sampai-sampai, waktu itu aku tak begitu ingat dengan awal mula kejadian, tapi aku mengangkat tangan sambil menangis, berkata “Insyaallah setelah lulus dari SMF, kuliah S1 Farmasi dan S2 IKM.” Hahaha, entah hatiku tertawa, tentu tertawa lega sudah meluapkan apa yang ada dalam hati. Di doakan beliau, teman-teman dan insyaallah malaikat yang ada disitu. 

Itulah awal mula aku mencintai kesmas…

Dari seorang Guru- Pak Mustamir Ibnu Hajar …

Beliau pun pernah berkisah didalam kelas tentang seorang Ibnu Hajar Asqalani. “Tes tes tes,” air menetes dapat menjadikan batu terkikis. Konsisten dan istiqomah jika ingin memahami ilmu, bersabar dalam mengabdi …

Tetapi beliau kini tiada, dan yang disayangkan belum pernah silaturakhim di rumah beliau, Insyaallah di Surga kelak, Aamiin


“Sehat itu kondisi yang baik bukan hanya fisik saja, tetapi sosial dan psikis. Ia pun akan produktif”
“Kesmas adalah ilmu dan seni, sarana untuk mengajak masyarakat untuk hidup sehat”
-----begitu kosakata yang selalu teringat dari (alm) Pak Mus-------

“Agama ini akan tegak, salah satunya ditegakkan oleh mereka yang imannya, dan badannya  kuat”

--------------------( Annafi`ah Firdaus--Nama ini begitu berat, tapi Firdaus layak diperjuangkan)