Kamis, 02 Desember 2010

Kala Cinta Menggoda Jiwa

Di tengah riuhnya beberapa orang di dalam kelas, aku duduk diatas kursi panjang berwarna cokelat tua depan kelas 2C menghadap arah barat. Sendirian. Mata memandang arah langit bagian barat yang mulai berwarna orange. Tampak matahari sedang berjalan menuju persembunyiannya. Pertanda malam akan datang menggantikan siang. Allohuakbar. Kupejamkan mata. Angin semilir menerpa tubuhku, lembut, dan terasa begitu damai. Menikmati akan aliran darah yang menggeliak dari ujung kepala turun ke ujung kaki. Terasa nikmat. Seakan air mata akan mengalir deras merasakan begitu lelahnya hari ini.

Tapi kumerasa ada sesuatu yang menjanggal. Ya ada. Mengganggu pikiranku beberapa hari ini. Hatiku sedikit resah. Memikirkan apakah aku sudah melakukan sebuah perzinaan. Bukan pacaran. Tapi sebuah zina pikiran? Ku ingin bertanya dan berkonsultasi pada seorang teman, tapi malu.

Angin semilir masih bisa kurasakan begitu nyaman. Masuk kedalam balutan kain di tubuhku. Begitu nyaman walaupun hati ini merasakan begitu resah.

Tiba-tiba dari arah selatan, temenku datang dan mengagetkanku. Dila namanya. Temen yang lumayan deket denganku, ketua rohis SMF.

"Hayo lagi ngapain kamu di sini? Ngelamun ya?", duduk di sampingku tanpa minta izin sehingga membuat ku sedikit kaget dan terbukanya pejaman kedua mataku.

"Enggak lagi ngapa-ngapain kok Dil", sembari dalam hati ku berkata sepertinya ini adalah kesempatan untuk sedikit cerita mengenai kegalauan yang kurasa.

"Beneran?" Dila agak merunduk dan menatap wajahku penuh tanya.

"Wah, dari pada aku resah terus, lebih baik aku cerita pada Dila. Mungkin nanti dapat solusi yang syar`i. Bismillah lah", keputusanku untuk mencari solusi dari keresahan yang aku rasa dalam hati.

"Sebenarnya gini Dil, tapi Insya Alloh aku percaya sama kamu ya? Jangan bilang sama siapa-siapa. Aku ingin mencari solusi dari sedikit masalah yang sedang aku rasakan sekarang."

"Iya, Insya Alloh".

"Aku mau tanya dulu sama anti, pernah tidak suka sama seorang ikhwan?", tanyaku dengan sedikit suara lirih pada Dila.

"Maksudmu Tik?", Dila terlihat kaget melihat pertanyaan ku.

"Itu hal yang sekarang aku rasakan. Hatiku sedang resah Dil. Memikirkan apakah aku sekarang sedang zina. Zina pikiran. Aku bingung menyikapi perasaan ini. Aduuuuuuuh...Jadi sedikit pusing," dada terasa sesak, mengangkat badan dan memegangi kepala yang terasa pusing.

Dikala kita berdua lagi mau serius, Yanti, seorang temanku datang menghampiri kami. Membuat suasana menjadi tak serius.

"Cie...Tika curhat ni yeee. Curhat apa Tik? Aku tau lho yang dirasakan Tika sekarang", mendesak duduk di samping kiriku.

"Iiiiih...pergi sana. Ini rahasia aku sama Dila. Mau tau aja," Kudorong Yanti sampai badannya condong ingin jatuh.

"Aku tau, aku tau," Yanti semakin menjadikan aku salah tingkah.

"Terpesona...kepada pandangan pertama, haha," Yanti nyanyi dengan suara yang cukup merdu dan kemudian pergi dan melanjutkan geguyonnanya dengan teman-teman di kelas.

"Sampai mana tadi Dil?", lanjutku bertanya kepada Dila untuk menyambung diskusi.

"Kalau menurutku begini. Karena kita sekarang masih sekolah dan kalau secara pribadi aku sendiri belum siap untuk menikah, kita gunakan waktu sebelum menikah itu untuk melakukan perbaikan diri. Perbaikan diri menjadi insan berkualitas yang lebih baik. Insya Alloh orang yang baik itu akan mendapatkan jodoh yang baik kok. Lebih baik sekarang kita menciptakan prestasi-prestasi. Baik prestasi dunia kayak akademis, ataupun prestasi akhirat, kayak ngajinya ditambah. Seperti itu pendapatku. Lakukanlah hal-hal yang membuatmu bisa menjadi lebih baik. Jadikanlah harapan menjadi pendamping orang sholeh itu salah satu diantara banyak motivasi untuk lebih baik. Wanita sholehah Insya Alloh dapat laki-laki sholeh. Emang siapa Tik ikhwan itu? Boleh nebak Gak? Jangan-jangan...?", belum selesai Dila melanjutkan pertanyaannya, langsung kupotong pembicaraannya.

"Gak usah gak usah aja. Tambah malu aku nanti," ku berdiri dari dudukku dan agak salah tingkah karena takut tebakan Dila itu benar.

"Bagaimana? Udah sedikit tenang?"

"Insya Alloh sudah lebih tenang, yach...perbaikan diri."
Bel tanda masuk jam ke-7 berbunyi. Masuk kelas. Tapi alhamdulillah, kosong. Ingin segera rebahan di kamar kos. Memikirkan kembali hal apa yang harus aku perbaiki.

***

Penantian itu satu penyiksaan.
kepastian membunuh kerisauan.
ketabahan pendamai keresahan.
(Firdaus, Cinta dan Harapan)

Sepenggal lagu yang baru saja aku dengar secara tidak sengaja di radio kesayanganku, membuatku tau apa yang harus aku lakukan. Ya, kepastian. Aku butuh kepastian. Tapi kepastian apa? Kepastian menikah? Tidak! Belum siap! Sekolah aja belum lulus. Nilai ulangan aja pas-pas-an!.

Besok pagi kuputuskan mau cari buku. Mungkin ada buku yang bisa menjawab kegalauanku. Alhamdulillah memang besok tidak ada jadwal pagi, jadi bisa ke toko buku.

***

Ku mencari-cari dibagian buku islami. Ku berdiri di samping jejeran-jejeran buku terbitan Pro-U. Jalan Cinta Para Pejuang, Bikin Belajar Selezat Cokelat, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan, Ramadhan Return, Saatnya untuk Menikah, adalah beberapa dari sebagian banyaknya buku terbitan Pro-U. Batinku bertanya, "Kenapa kebanyakan tentang nikah ya?hehe."

Terlihat di tengah-tengah hamparan buku, "Kujemput Jodohku", sebuah buku yang pertama kali aku membaca judulnya saja membuatku mengkerutkan wajah terheran-heran. Hah? Kujemput jodohku? Alamaak. Enggak-enggak. Masih kecil. Masih sekolah. Tidak!

Tapi rasa penasaran memuncak. "Apa sich isinya?", batinku bertanya.

Kubaca bagian sampul belakang. Paragraf pertama bertuliskan, "Ya Akhi, jika engkau saat ini sedang mengalami kesendirian dalam menanti sang pujaan, yakinlah bahwa dirinya yang akan segera diberikan sedang melakukan hal yang sama. Si dia sedang dididik dan di tempa oleh-Nya untuk menjadi pendamping lelaki pilihan sepertimu". Paragraf kedua," Ya Ukhti, engkaupun demikian. Jangan berkecil hati dan sempit pandangan hanya karena si dia yang pernah menjadi pujaan, diyakini menjadi teman perjuangan, justru bukan sebaik-baik pilihan. Alloh pasti sudah menyiapkan gantinya yang jauh lebih baik, jauh lebih shaleh, jika engkau berupaya menjaga dirimu."

Heh? Ku menggaruk-garuk kepala. "Pikiran belum sampai", pikirku. Tapi kalimat yang ditujukan seorang ukhti, di bagian akhir, jika engkau berupaya menjaga dirimu membuatku berpikir sejenak. Menjaga? Menjaga dengan melakukan perbaikan diri mungkin maksud dari penulis. Mungkin akan aku temukan dalam buku ini bagaimana menjaga diri. Ya udah deh, kuputuskan untuk membeli buku ini.

Di samping buku Kujemput Jodohku, terlihat buku bagian atas bewarna orange, sampul bergambarkan laki-laki membuka baju sehingga terlihat kaos dalam berwarna merah dan bertuliskan "Buktikan Cintamu". Buku yang seakan menantang pembaca. "Bicara tentang cinta tidak harus masalah pacaran, bicara cinta tidak harus masalah seks, ada yang lebih dahsyat dari itu, dan itu ada di sini, buktikan cintamu!!", kalimat yang tertuliskan di sampul bagian depan membuatku tersihir membeli buku itu. "Kayaknya menarik kalau buku ini aku baca", batinku meyakinkan memang aku harus beli buku ini.

Aku pulang dengan membawa dua buku itu.

***

Sampai kos, rasanya aku ingin sekali cepat-cepat membaca buku itu, Ingin ku temukan solusi-solusi keresahanku beberapa hari ini. Walaupun sebenarnya perut sudah meminta untuk diisi. Tak kupikirkan.

Ku buka kata pengantar dari penulis buku "Buktikan Cintamu" karya Muhammad Nazhif Masykur. Sebuah kalimat yang aku garis bawahi dengan tinta hitam, Tapi ingat, ada cinta yang terukir indah dalam naungan cinta Alloh dan Rosul-Nya. Apa itu? Cinta kepada Islam, cinta kepada sesama saudara seiman, cinta pada keadilan, cinta akan amanah waktu, cinta terhadap pemberantasan segala level kejahatan dan perampasan hak asasi manusia, cinta pada ajaran dan tuntunan yang benar. Subhanalloh. Ini yang aku cari. Inilah nasehat yang aku inginkan. Cinta. Bagaimana aku harus meletakkan cintaku. Bukan pada seorang anak adam yang tidak tau itu baik atau burukkah untukku. Cinta yang hakiki. Cinta yang hanya untuk Alloh. Cinta yang meneguhkanku untuk terus istiqomah di jalan-Nya. Cinta yang akan melahirkan karya-karya besar untuk membuat perubahan dalam peradapan Islam. Peradapan Islam yang modern tapi tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan hadist sebagai landasan kehidupan.

Buku kedua yang aku beli, Kujemput Jodohku karya Fadlan Al-Ikhwani. Kubuka daftar isi. Kutemukan judul sub bab, Dari Prestasi Menjadi Prasasti. Yach. Gali potensi, menjadi rajawali yang mencari jati diri, punya sebuah karya yang bermanfaat bagi orang lain, dan menjadi orang yang berpengaruh dalam sejarah. Beberapa point penting yang kemudian aku tulis di sebuah kertas bekas kalender dengan tinta merah dan kutempelkan di dinding kamar kos menghadap arah tempat tidurku.

Hatiku mulai tenang mendapatkan solusi atas keresahan ini. Ku dapatkan inspirasi baru untuk membuat prioritas dalam menaruh cinta. Cinta kepada Alloh dan Rosul adalah cinta di atas segalanya. Cinta yang melahirkan semangat untuk berprestasi, membuat karya, dan menjadi orang yang memberi manfaat kepada orang lain.

"Ya. Aku harus lebih bersemangat, terutama semangat beribadah. Belajar juga. Harus fokus dengan impian. Menjadi "The Great Internatinal Pharmacist Community". Dari pada pikiran selalu berzina, lebih baik untuk memikirkan akan kekuasaan Alloh. Dari pada Hati selalu merasakan hal yang 'munkar', lebih baik untuk merasakan perjuangan-perjuangan yang harus aku lakukan untuk memberikan yang terbaik untuk semua orang."

"Kala cinta dunia mengoda, kau harus beristighfar dan jadikanlah sarana untuk lebih dekat pada-Nya dengan melakukan perbaikan diri. Kala kau tergoda dengan cinta akhirat, maka bersyukurlah dan beribadahlah dengan sebaik-baiknya ibadah. Masih banyak orang yang menunggu kesuksesanmu Tik. Buktikan cintamu!", nasehat untuk diriku sendiri dari hati.

Oke, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa akan ku buktikan cintaku pada Alloh, orang tua, agama, bangsa. Akan ku mulai dari detik ini. Hari ini ulangan Farmakognosi, Ilmu resep, adminitrasi, sinonim. Insya Alloh, Alloh akan memberikanku kemudahan.

Suara adzan memanggil. Ku terperanjak dari duduk dan kusegerakan mengambil air wudhu untuk menyegarkan kembali pikiran-pikiran tidak baik yang pernah terlintas. Kan buktikan cintaku pada semua orang dengan terus melakukan perbaikan diri sehingga kan kujemput jodohku dengan senyuman bahagia. Semoga Alloh memperkenankan. Amin.


Kutulis, 30 November 2010 19.30 ( Rumah, Pajangan Bantul) sampai 1 Desember 2010 12.30 (Posko Tim Tombo Ati, karangwaru Lor TR/2 No.376)

Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html