Senin, 26 Mei 2014

Perbaiki diri, Perbaiki Sistem




Sesungguhnya niat itu sangat berpengaruh. Maksud setiap orang tentu berpengaruh bagaimana ia melakukan kerja-kerja dalam sebuah sistem. Bisa hanya ala sekadarnya asal tugas dari job description nya tuntas, itupun tak sepenuh kerja dengan maksimal. 

Atau ada juga seseorang yang bersikukuh dengan maksud diri masuk dalam sebuah sistem untuk membuat perubahan, bahkan pembaharuan. Awal mula ia masuk karena melihat sistem itu tak berjalan dengan semestinya. Memang, jika ingin merubah sebuah sistem, mau tak mau memang harus masuk sistem. Tentu dengan mengambil peran strategis sehingga memiliki kuasa untuk membuat aturan. 

Ya, melakukan sebuah perubahan adalah sebuah pilihan. Kenapa disebut pilihan, ya karena setiap pilihan ada konsekuensinya bukan? Dari setiap banyak pilihan, mulai dari bersifat pragmatis saja dengan kondisi yang ada, sampai ada yang bersikap idealis untuk sebuah kondisi lingkungan sekitar. Ya, itu pilihan …

Sistem, lebih suka menyebutnya begitu. Bahasa umumnya bisa diartikan organisasi. Tentu sebuah organisasi di bentuk karena ada maksud dan tujuan. Anggap saja yang ini kita bahas adalah sistem yang baik, bahkan idealis. Sebagai sarana berkumpulnya orang-orang yang bervisi untuk bekerja bersama melakukan sebuah perubahan. 

Perubahan memang harus, untuk hal-hal yang bukan prinsip keyakinan tentunya. Keyakinan bahwa akan ada balasan dari kerja-kerja kita tak boleh berubah, bahkan ragu. Tetapi perubahan yang dimaksud disini adalah kondisi sekitar kita. Lebih adil, sistem berfungsi seperti seharusnya, bergerak sesuai rencana, dan lain-lain. Itu keinginan kita dalam sistem bukan? Tetapi bagaimana jika tidak? Salahkah sistem tersebut?

Sistem sejatinya seperti sebuah sapu lidi. Tentu sapu lidi  dibikin karena ada maksud dan tujuan. Sapu lidi adalah benda untuk membersihkan halaman, terdiri dari kumpulan lidi yang diikat dengan sebuah ikatan. Nah kalau organisasi? Kumpulan manusia yang diikat dalam ikatan sistem untuk bekerja bersama-sama mencapai tujuan. 

Bagaimana kalau lidi itu tidak di ikat dan ia mengerjakan pekerjaan dengan sendirian? Single fighter bahasa kerennya. Patah dan rusak lidi itu. Struktur isi lidi-lidi didalam sapu itu juga akan berkurang, baik secara kuantitas maupun kualitas. Nah, begitu juga dengan organisasi. Satu orang saja memiliki masalah dalam semangatnya, niatnya, komitmennya, dan totalitasnya tentu akan berpengaruh pada kokohnya sebuah sistem. Bagaimana bisa membuat sebuah perubahan dalam sistem ataupun fungsi sistem tersebut lebih baik? Nah!

Maka mengutip dari tulisan Dr Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fiqih Prioritas bahwa diantara prioritas yang dianggap penting dalam usaha perbaikan (ishlah) ialah memberikan perhatian terhadap pembinaan individu sebelum membangun masyarakat, atau memperbaiki dulu sebelum memperbaiki sistem dan institusi. 

Usaha perbaikan lingkungan harus dimulai dari diri sendiri. Pondasi berupa individu-individu yang kuat dan tangguh inilah yang akan menjadikan bangunan kuat. Siapkah kita? Yakinkah kita?

Maka tak selayaknya mencela sebuah sistem begini dan begitu sebelum kita koreksi diri. Luruskan niat kita? Sanggupkah dengan konsekuensi pilihan kita? Maukah kita tak lelah belajar dan tak putus asa? Sudikah segala waktu, tenaga, dan pikiran harus kita bagi untuk mengurus urusan kolektif? 

Pekerjaan sapu lidi besar, maka ia perlu lidi-lidi yang kuat dan tak mudah putus. Begitu pula sebuah sistem, sejatinya ia dibentuk untuk mengemban amanah. Maka, yuk perbaiki diri terlebih dahulu sebelum memperbaiki sistem. Nah!

Untukku, untuk Adik-adik :)
Fight!!!