Sabtu, 06 Desember 2014

Perjalanan



“Begini rasanya besok kelak ya, kalau kita bekerja,” dalam hatiku bilang begitu pada diriku sendiri. Antara malu, sedikit males dan takut ketika kita kunjungan ke rumah warga untuk bertemu dengan simbah-simbah atau ibu-ibu atau bahkan bisa jadi bapak untuk bertanya tentang kesehatan di rumah mulai dari perilaku sampai pendapatan dan pendidikan. Lumayan memang aku bisa bahasa jawa seditkit-sedikit dan itu cukup mudah. Tapi kelak bagaimana kalau Allah izinkan dan atau taqdirkan untuk di sebuah tempat dengan bahasa yang tak kumengerti. Jadi guru bahasa indonesia sajalah kalau begitu, pernah terfikir begitu. Yah, itu semua ternyata cukup  berpengaruh untuk hidup sehat mulai dari tingkat cerdasnya seorang ibu, pendidikan, pengetahuan dan yang paling utama bermula dari kesadaran bahwa ini nih sehat itu penting dalam keseharian kita. 

Hari pertama, kita semua mahasiswa FKM UAD di desa adalah agenda survei kesehatan masyarakat. Dari rumah ke rumah. Pelajaran pertama adalah keberanian, kedua kejujuran. Bagiku ini adalah pendidikan keberanian kita untuk maju mengetuk pintu warga dan bertanya banyak hal serta mendengarkan banyak pembicaraan masalah kesehatan. Kedua adalah kejujuran, ini adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan bagi mereka yang yakin bahwa Allah melihat pekerjaan kita. Tak perlu sekedar pengawasan manusia, tapi ini pengawasan Allah. Data adalah sesuatu yang penting untuk mengambil kesimpulan, bayangkan jika semua anak riset melakukan pengambilan data tidak sesuai dengan fakta, maka informasi yang didapat akan salah. 

Sebenarnya inti utama adalah begini. Tentang apa yang aku bisa ambil dari setiap karakteristik responden yang kemaren tak datangi. Terutama dalam hal kewanitaan. Responden pertama, seorang ibu berkelahiran 1993, sudah 3 kali hamil dan berumah tangga. Ya, pilihan untuk menikah di usia relatif muda dengan kesiapan yang baik adalah lebih baik dari pada kita-kita yang selalu bicara tentang nikah tapi belum siap hehe. Satu kata buat responden pertama itu,”Salut.” 

Responden berikutnya adalah seorang wanita dengan rentan umur dengan suami hampir 16 tahun. Wanita ini tidak bekerja diluar, namun memilih untuk bersama putra-putrinya dirumah. Wanita ini yang menyiapkan seluruh kebutuhan keluarganya. Tapi yang salut saat itu adalah tentang kepeduliannya kepada kesehatan anak-anak di sekitar, sampai sampai kuku anak-anak tetangga secara rutin di potong oleh wanita tersebut. Saat itu, beliau eh malah curhat. Responden yang harus diwawancarai dalam sekian waktu terpaksa harus molor sampai malam. Curhatan beliau adalah apa yang dipikirkannya untuk pembangunan kesehatan masyarakat sekitarnya. Curhatan beliau tentang pengalamannya menolong ibu-ibu melahirkan juga diceritain. Rasa keselnya tentang saudaranya itu tidak dilayani persalinan segera karena kondisi keuangan dan belum memiliki kartu jaminan beliau kritik. Dalam hatiku prigel temenanan ini ibu. Apa-apa bisa dilakukan dengan mandiri, berusaha tidak merepotkan siapapun. Cucok lah. 

Nah ini responden terakhir. Awalnya ini sudah sangat tidak memungkinkan buat ambil data, tapi kalau ditunda malah semakin repot. Oke baiklah lanjut. Akhirnya ketemu seorang wanita yang tinggal dengan kedua anaknya saat itu, karena posisi suami sedang bekerja di pelayaran. Wanita itu seorang guru matematika dan kagetnya, saat tanya umur wanita itu berselisih 7 tahun lebih tua dengan suaminya. Ah, kedua anaknya manggil aku tante hohoho. Terus Arkan dan Fadil nama kedua anak tersebut menunjukkan kepadaku banyak lukisan ayahnya. Ayahnya kala itu umur 21 tahun melamar si wanita itu, padahal posisi belum berpenghasilan. Oh, keren sekali kan, laki-laki itu dalam hatiku ohyeeee. Wanita itu juga menceritakan tentang kerennya suaminya. Semua desain rumah juga suami yang pegang. Romantis pula dan diceritakan pula dulu dan sampai sekarang pun banyak yang masih suka. Terakhir pamitan,”Jangan ngefen yak.” Gubrak ... 

“Saya waktu itu ndak berpikir apapun tentang rezeki dengan suami kelak, yang terpenting dia tanggung jawab pada saya.” 

Itulah wanita-wanita yang membekas sampai malam ini, 

Magelang, 05 Desember 2014 di Depan TV yang semoga selalu terjaga ...