Bahasannya sederhana saja yah.
Definisi yang secara nyata aku dapat dari mereka-mereka yang sudah
melakukannya, bahkan sampai sekarang masih melakukannya. Definisi ini aku
dapatkan lebih dalam di Bapelkes Salaman, lanjut di desa penerjunan Dlinggo,
Ngadirejo, Magelang, Jawa Tengah. Selama dua pekan (30 November – 12 Desember )
, kami mahasiswa FKM UAD 2011 tahun ini ( 2014) serentak Praktik Belajar
Lapangan (PBL 2), kami di bekali dulu apa-apa yang harus kita miliki menjadi
seorang kesmas, lanjut praktik di
lapangan.
Jadi SKM itu, dimana sekarang
lagi ribut-ributnya masalah STR sebenarnya yang lebih utama adalah kompetensi
kita yang harusnya di asah dulu. STR adalah dampak dari komptenensi yang mampu
kita kuasai untuk menjalankan tugas kita kelak, yakni sebagai kesmas. Ini bicara buat kita-kita dulu ya, kita yang
masih Mahasiswa hehehe. Secara kompetensi baik urusan live competence, academic
competence, dan career competence. Bahasan tentang ke tiganya memang bisa
panjang, kita bicara bermula dari yang sederhana dulu yak.
Ke tiga competence itu memang
secara khusus bukan sekedar buat kita hidup, karena competence pertama yakni
life competence. Kita tahu arah mana yang akan kita tuju dalam setiap pilihan
hidup kita. Jangan salah, jadi kesmas adalah juga pilihan. Jadi kesmas adalah
pilihan pekerjaan dibanding pekerjaan yang lain. Pilihan jadi kesmas juga
pilihan yang konsekuensi didalamnya harus kita jalani. Pilihan untuk
menyehatkan masyarakat khususnya Indonesia untuk mampu mandiri dan tangguh. Ya,
Indonesia. Bukan sekedar daerah yang sering kita anggap nyaman untuk hidup
kita. Tapi seluruh kota dan daerah terutama diperbatasan adalah daerah yang
membutuhkan perhatian kita.
Siapakah kita? Mereka para kesmas
kita itu bekerja dari pagi sampai sore memikirkan secara keras bagaimana
masyarakat peduli dengan kesehatannya. Oh, bukan sekedar pagi sampai sore,
bahkan terkadang harus meninggalkan keluarga untuk beberapa hari mengurus
urusan bisanya masyarakat berperilaku sehat secara sadar, mau, dan mampu di
sudut-sudut desa di Seluruh Indonesia. Bagiku, bagi mereka kesmas yang tidak
memiliki niat kuat dan besar didalam yakinnya, pasti sudah sedari dulu berhenti
melakukan pekerjaan itu. Ini lagi-lagi urusannya niat, yang hanya berharap sebagai
bentuk pengabdian kita kepada Allah lewat kesehatan Indonesia.
Siapkah kita? Secara sabar
menganalisis setiap kebutuhan masyarakat dari urusan dasar hingga kelak mampu
menjadi SDM Indonesia berkualitas untuk perubahan semakin lebih baik. Urusan
kesehatan adalah urusan SDM, satu kondisi sadar akan kesehatannya merupakan
urusan penting yang harus diupayakan untuk minimal dirinya, keluarganya, dan
luasnya adalah masyarakat sekitarnya. Kesehatan adalah modal untuk kerja-kerja
besar perubahan minimal untuk diri sendiri. Sehat yang bukan segala-galanya,
namun bermula dari sehat semua akan lebih optimal untuk hidup lebih baik.
Siapkah kita? Terjun langsung ke
masyarakat untuk berbicara kepada mereka? Mengetahui segala kondisi mereka,
bisa jadi dari kondisi pengetahuan, ekonomi, sosial, adat mereka yang itu
menjadi faktor penting kenapa mereka tidak berperilaku sehat? Padahal sehat
adalah bentuk nikmat dari-Nya yang harus dijaga dan diupayakan. Siapkah kita?
Tidak sekedar bekerja di gedung, tetapi kita bekerja disamping masyarakat tanpa
mengeluh dan malu. Ya, pekerjaan kita bukan pekerjaan yang bisa dianggap kurang
pekerjaan, tapi pekerjaan kita berilmu dan bervisikan kesehatan. Kita
mengetahui harusnya bagaimana masyarakat hidup dari sisi kesehatan, sehingga mereka
tak akan berurusan dengan yang namanya sakit, kecuali memang penyakit yang
sudah kehendak dari-Nya. Itu lain hal lagi, karena setiap urusan kita tentu ada
yang mengaturnya.
Olalala, selamat menetapkan hati
atau sudah mulai memantapkan hati kelak kita benar-benar menghibahkan diri
untuk tetap melakukan kebaikan dimanapun, kapanpun lewat kesehatan Indonesia.
Berfikir saja para mereka yang bekerja untuk Indonesia saja dijamin rezekinya,
apalagi mereka yang bekerja untuk Allah. Ah, urusan kita adalah urusan besar
yang bayarannya pun tak sedikit, bahkan indah dari-Nya. Ohya tulisan ini baru
bahas tentang live competence, baru
sedikit tentang career competence.
Sudah siapkah kita?
Spesial untuk seorang guru yang saat ini menginspirasi di bidang
kesehatan masyarakat Indonesia, Alm Bapak Mustamir Ibnu Hajar guru IKM Sekolah
Menengah Farmasi Indonesia Yogyakarta, Alm Bapak Prof Soeyoko (Gurunda Parasitologi
FKM UAD) dan Bapak Abdul Kadar ( Epidemiologi Penyakit menular, etc FKM UAD)
terimakasih untuk semua ilmu dan teladan semangatnya.