Jumat, 18 Mei 2012

Kesucian Dakwah

Dakwah ini begitu suci. Bagi siapa yang menodainya, maka akan langsung berurusan dengan Allah. Barang siapa yang menjadikan dakwah ini sebagai sarana tujuan bukan karena Allah, maka Allah benar-benar HANYA akan memberikan sesuai yang ia tuju. Tak lebih. Padahal, jika engkau bersungguh-sungguh kepada-Nya, maka cukuplah ridha Allah sebagai penyerta mu tuk menggapai kesuksesan dunia akhirat. Bukan kah perdagangan dengan Allah itu lebih mulia? Bukankah Allah yang akan membayar seluruh kerja keras dan tiap desah nafas kelelahan dengan kenikmatan yang tak terbayangkan? Sungguh, Allah akan lebih professional membayar seluruh kerja kerasmu jika kau bersungguh-sungguh dakwah karena-Nya.. (annafi`ahfirdaus)

*dia karena Dia

Tak pandai beretorika, kuakui. Tapi ini benar-benar menjadi keresahan luar biasa. Keresahan yang aku pikir sudah tak wajar. Sudah cukup lama, tapi hati ini kadang sulit diajak kompromi. Sudah cukup dengan alasan itu adalah fitrahnya hati, karena aku rasa ini sangat mengganggu perjalananku. Aku akui, dia memang lumayan. Lumayan agama, penampilan, pekerjaan, dan lumayan-lumayan yang lain. Apalagi yang membuat aku cukup terkagum ia adalah orang yang cukup berpengaruh dalam dakwah. Ya, berpengaruh dalam dakwah, yang sering menjadi alasan akan kekuatan dakwah bisa kokoh jika bersatu. Ah, itu pikiran yang sungguh aku takut juga akan menodai dakwah ini. Astaghfirullah… Tapi, jika hati bertanya sudah siap menikah? Ah, pertanyaan yang begitu beraat untuk dijawab pula oleh hati terdalam. Merasa masih banyak dari diri yang belum bisa berkontribusi untuk ummat, memang juga pantas untuknya? Dakwah dengan menulis saja masih saja dengan passion yang rendah. Intinya, apa memang sudah pantas? Ah, retorika yang basi jika berkutat masalah cinta pada lawan jenis. Bukankah ber-retorika tentang Cinta kepada Allah, orangtua, ummat akan lebih mulia jika memang hati ini belum siap menikah? Kesungguhan ber-retorika yang suci ini bukan kah akan berefekkan pada yang lain? dia yang sempat menjadi memori pemblokir pikiran, tetapi dia bisa menjadi sebuah berhala yang menjadikan ibadah tak karena-Nya. Na`udzubillah… yang susah dalam dakwah ini adalah menjaga niat. dia karena dia: sebaik-baik pilihan yang tak menjerumuskan (af)