Selasa, 28 April 2015

Penawaran Aceh




Yogyakarta-Aceh, ia harus ditempuh dengan waktu yang tak singkat. Kalau dari Jogja kita harus transit di Bandara Koalanamu Medan, kemudian baru ke Banda Aceh, Bandara Sultan Iskandar Muda. Ya, sebenarnya kalau mau irit berangkat dari jakarta.  Tujuan perjalanan kami satu, berusaha seoptimal mungkin menunaikan amanah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dan memajukan Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia. 

Aceh, Kota Serambi Mekkah begitu julukannya. Kota ini pun menawarkan banyak hal untuk kita ambil hikmahnya sebagai pelajaran. Teringat sebuah tragedi besar, Tsunami Aceh yang menelan hampir 150.000an orang dimana sepertiganya adalah anak-anak? Bencana itu pasti meninggalkan bekas di hati-hati mereka, tentu juga kita. Memberi penyaksikan betapa mudahnya Allah memerintahkan seluruh alam ini sesuai kehendakNya, sempurna. 

Kota Aceh, adalah kota yang oleh pemerintahanya menerapkan aturan-aturan Islam. Salah satunya adanya polisi WH (saya lupa nama kepanjangan). Polisi yang setiap waktu beroperasi disekitar aceh untuk memastikan warga aceh menerapkan aturan Islam. Sepanjang perjalanan di Aceh, kami pun tidak menemukan wanita tak memakai jilbab. Semua memakai jilbab. 

Sebelum berangkat ke Aceh, kami mendapat beberapa gambaran sedikit tentang aceh. Salah satunya aturan pemakaian rok bagi wanita. Ternyata memang benar. Pemakaian rok adalah wajib di Aceh, terutama di sekitar Masjid Baiturrahman. Sebuah masjid yang bersejarah bukan? Ia tetap tegak, tanpa tergenang air sedikitpun ketika Tsunami menghantam kota bagian barat Indonesia ini. Masjid yang menjadi saksi kebesaran Allah. Warga yang berlindung di masjid ini, pun Allah taqdirkan tetap selamat. 

Titik Aceh yang wajib dikunjungi menurutku adalah Masjid Baiturrahman. Bagi yang ingin shalat di Masjid Baiturrahman, pastikan memakai pakaian yang menutup aurat.  Untuk muslimah, tidak boleh celana, karena kalau tetap melanggar penjaga masjid tak segan-segan akan mengusir. Atau kalau sewaktu ada patroli polisi WH, tak segan-segan pula pulang dalam keadaan celana disobek. Ada juga sebuah aturan ikhtilat atau berdua-duaan antara wanita dan laki-laki yang bukan mahram, ia akan mendapatkan hukuman cambuk. Ada waktu khusus di Aceh untuk melakukan hukuman cambuk. 

Ada kendaraan khusus yang cukup terjangkau jika ingin jalan-jalan di kota Aceh dibeberapa titik. Sebut saja Labi-Labi. Kalau di Aceh, jangan terlihat seperti orang yang bingung, karena beberapa kali pengalaman, harga akan dinaikkan. Labi-labi adalah kendaraan roda empat, semacam pick up, yang sudah ada penutup bagian belakang. Ya, minimal 2 ribu bisa satu kali perjalanan dari Pasar Aceh sampai Museum Tsunami Aceh. Ingat jangan terlihat galau alias bingung. 

Karena terbatasnya waktu, kami hanya melihat adanya sebuah perahu yang sangat bersejarah kala itu. Ia menyelamatkan juga beberapa orang saat Tsunami Aceh. Ombak yang begitu besar, kapal pembangkit tenaga listrik ini terseret sepanjang 7 km dari pinggir pantai Aceh. Kota ini sekarng sudah mulai bangkit, semenjak beberapa tahu silam. 

Kota Aceh, kau menawarkan kepada kami bahwa kami ini siapa kalau berani-beraninya sombong terhadap hal-hal yang sejatinya bukan milik kami? Kami tak berdaya, atas segala apa yang terjadi kecuali atas daya-Mu karena Engkau menginginkan kami dalam kondisi yang terbaik. 

Ditulis di Stasiun Pasar Senen Jakarta, 26 April 2015
Sambil menunggu keberangkatan menuju kota yang istimewa, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar